Kamis, 08 Juli 2010

BAMBANG, KUPHI PHET, NGON GALAK (Kupu-Kupu, Kopi Pahit, dan Cinta)



BAMBANG, KUPHI PHET, NGON GALAK (Kupu - Kupu, Kopi Pahit, dan Cinta)






Prolog



Ada yang bilang bahwa Tuhan menciptakan Cinta pertama kali sebelum menciptakan yang lain. Dan dengan cinta itu Tuhan menjadikan Manusia, Surga, Neraka, dan Perasaan. Semuanya selalu bisa manusia atur, tapi tidak dengan cinta. Tuhan sendiri yang memasukkannya. Kita tidak pernah tahu kapan harus mencintai dan dicintai. Percayalah, cinta bukan sekedar mimpi indah yang hancur setelah manusia terbangun ke-esokan harinya. Karena cinta sejati hanya turun sekali. Ya hanya sekali saja. Hidup hanya sekali, mati hanya sekali, dan begitupun jatuh cinta. Cinta akan bertahan. Cinta adalah energi yang tak bisa di musnahkan. Cinta itu abadi.

Jika memang begitu, lalu mana yang lebih tinggi. Takdir atau Cinta. Bagaimana jika cinta harus terhalang dinding takdir yang tinggi. Dinding identitas dan hubungan. Bukankah Tuhan tidak pernah salah. Bahkan untuk gelap sekalipun. Apakah cinta harus menyerah pada keadaan. Pada takdir yang juga tuhan pastikan. Apakah cinta adalah sebuah kesalahan yang fatal, ketika harus melawan takdir. Apa ini...yang terus menyiksa setiap rongga rongga hati, ketika cinta harus terkalahkan. Atau ini hanyalah sebuah permainan hidup. Mungkin saja Cinta hanya alasan untuk air mata. Dan apakah jatuh cinta bisa dimaafkan ?

Seumur hidup manusia menciptakan rahasianya sendiri. Rahasia yang hanya keheningan yang tahu. Sedikit manusia yang tahu isi hati. Dari yang sedikit itu hanya segelintir yang mengikuti isi hatinya. Jika cinta adalah sebuah kejahatan, masihkah kita mengikutinya. Atau merahasiakannya pada setiap sudut malam. Menguburnya dan memenjarakannya. Apakah kita masih menyanyikan-nya, memujanya dalam setiap do’a subuh kita. Atau berusaha untuk membenci cinta. Membenci takdir yang menghalanginya. Bukankah cinta seperti pintu rumah kita. Kita bisa meninggalkan pintu itu, namun pintu rumah itu tak pernah meninggalkan kita. Bukankah cinta itu adalah malam bagi siang. Siang bisa saja begitu hangat dan menyenangkan. Namun malam selalu menyejukkannya. Lucu sekali, kita tidak bisa hidup tanpa cinta. Tapi kadang takdir yang menghalanginya. Ironi sekali bukan, kalau hidup itu memang bukan hanya tentang cinta, tapi kita tidak pernah hidup sebelum merasakan nya. Yang lebih lucu adalah, ada saja orang yang memilih cinta sejatinya namun justru kehampaan yang didapat. Kehampaan yang tak bisa dibatasi oleh kebahagiaan dan kesedihan.

Aku merasakan cinta sejati ketika aku yakin akan kehilangannya. aku menjadi manusia paling bahagia di dunia, ketika harus tahu kebahagiaan itu salah. Aku menikmati manisnya kopi susu ketika aku tahu, aku juga harus mencintai kopi pahit. Ya, kopi susu ketika bisa kupandangi dia. Dan kopi pahit ketika cinta itu harus tidak sempurna. Dasar dari sebuah Cinta mutlak adalah Cinta. Karena jika dasarnya salah, maka tidak akan ada kebahagiaan. Oleh karena itu aku tidak menyesali untuk jatuh cinta. Jatuh cinta yang kata orang adalah dosa dan kesalahan. Aku bahagia, pernah merasakan hidup 300% walau sisanya harus kulewati dengan 3% saja. Aku tidak menyesalinya, karena aku tahu Tuhanlah yang menurunkannya ke dalam hatiku.

Sebuah puisi yang terselip dalam tas coklat tua ku, yang tak sengaja kutemukan sore ini. Membuatku paham pada arti keindahan dan airmata pada saat yang bersamaan. Pada setiap kecantikan dan tajamnya duri mawar dalam detik yang sama ketika aku berusaha memetiknya. Dan pada setiap teduhnya awan serta badai yang diakibatkannya. Puisi pada kertas lusuh itu membuatku benar benar mengerti tentang cahaya dan gelap yang hanya tersekat kain tipis. Ku coba membacanya kembali berulang berulang, dan pada baris terakhir aku hanya bisa menghembuskan nafas panjang saja. Ini yang kesekian kalinya ku baca puisi ini :

Hujan Bulan Juni

Tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan juni
dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu.....
Tak ada yang lebih bijak dari hujan bulan juni
dihapusnya jejak jejak kakinya yang ragu ragu
di jalan itu...
Tak ada yang lebih arif dari hujan bulan juni
Dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu...

Puisi Sapardi Djoko Darmono itu akhirnya bisa membuatku tersenyum. Hanya pada yang ikhlas lah cinta itu akan bersemi. Hanya yang Mencintai dengan Keikhlasan saja, cinta akan mengajari tentang rahasianya. Dan hanya yang berhati ikhlas saja, cinta akan abadi. Bahkan ketika cinta pergi dan menghilang sekalipun. Cinta akan terus hidup. Puisi ini menemaniku denting jantungku subuh ini. Menemaniku untuk berdamai dengan kesunyian yang dalam. Dalam setiap detik detik waktu yang terus berjalan, puisi ini menemaniku untuk membunuh kesemuan. Dan semakin kubaca semakin aku bisa tertawa. Semakin kuterima dan masuk akal apa yang ku lalui.

Cerita ini hanyalah sebuah cerita kecil yang kutulis setiap malam. Bersama kumpulan kumpulan puisi yang kutulis sore sore sebelumnya. Cerita yang menemaniku bersama pekatnya kopi pahit dan asap rokokku. Aku mungkin saja tidak benar benar tahu tentang cinta. Bisa jadi aku hanya memandang dari satu sudut pandang. Namun, ada sesuatu yang sangat kuyakini saat ini. Bahwa cinta adalah KEJUJURAN. Ya, cinta sesederhana itu saat ini. Dan aku tahu sekarang aku harus benar benar jujur pada diriku sendiri. Pada keheningan keheningan yang kuciptakan. Pada setiap do’a malam ku sebelum subuh. Aku harus jujur minimal pada hatiku sendiri. Sehingga pada akhirnya ku temukan sebuah akhir yang bahagia. Kebahagiaan yang hanya ku do’akan untuk orang yang kucintai. Atau setidaknya, aku benar benar yakin, bahwa CINTA ITU ADA.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tanya Mbah Google

Shout Me !!!


ShoutMix chat widget