Selasa, 09 Maret 2010

P E N J A R A



Apa itu penjara ?..menurut kamus besar bahasa Indonesia (wes mulai melok melok mas Rohmat iki…), penjara adalah tempat untuk mengasingkan terpidana terpidana yang melakukan kejahatan. Tapi jangan khawatir, saya disini bukan mau menulis definisi penjara. Bukan karena kurang baca buku atau gimana, cuma definisi kamus besar itu sudah mewakili pandangan masyarakat Indonesia secara umum. Untuk apa lagi saya bahas..(hihihihihi..padahal ancene males moco…). Tapi okelah kita mulai bahas sedikit tentang penjara dalam kamus itu.

Ayahku adalah seorang Sipir PENJARA. Dia meniti karier sebagai sipir dari bawah. Sebenarnya bukan dari bawah, tapi benar benar terbawah. Mulai dari seorang sipir junior yang tugasnya jaga rodi 14 jam sehari di Bondowoso, kemudian menjadi sipir yang masuk pelosok pelosok hutan mengejar buronan di Bangkalan. Setelah itu dia menjadi komandan jaga di Pamekasan. Ayahku pensiun sebagai kepala sipir penjara Pamekasan tahun 2004. Melihat dari sisi karier yang cemerlang, mungkin anda anda semua mengira bahwa itu berbanding lurus dengan kekayaan dan uang. Akh…malu aku sebenarnya jika harus melihat gaji ayahku yang hanya separuh gaji Ibuku yang hanya guru SD. Begitupun juga kantongnya selalu kering. Aku, kakakku, adekku tahu bahwa meminta uang saku ke Ebes sama saja dengan bunuh diri. Uang gak di dapat, ceramahnya 3 jam. Jadi Memes adalah pelabuhan uang jajanku selama ini..hihihihihi…

Kemaren aku lihat di TV tentang penjara mewah di pondok bamboo Jakarta. Katanya sih, Si narapidana membayar sejumlah uang kepada sipir penjara untuk memberikan fasilitas itu. Tentu saja aku kaget. Aku yang dulu masa kecilnya sering dibawa ke penjara tempat ayah-ku bekerja, tidak pernah melihat yang seperti itu. Bukannya naïf, tapi LP Pamekasan adalah penjara khusus narkoba, yang kebanyakan isi narapidananya adalah orang orang parlente. Berbeda dengan daerah di Madura yang lain, bahkan di Surabaya sekalipun. Jadi pasti ada penjara yang kayak “gitu” di Pamekasan. Karena penasaran aku bertanya kepada ayahku di waktu santai.

“Pa,,,penjara di Jakarta tuh..kayak hotel bintang lima…disini ada nggak ?”, aku mulai tanya

“ya…waktu papa masih di situ…seingat papa ya nggak ada..”, jawaban yang terlihat sekenanya

“akh..mana mungkin..di sini kan penjara Narkoba…pasti ada kayak gituan..”, aku mulai berdebat

“ya..tapi di sini kan buktinya nggak ada seperti itu…”, kembali dia menjawab sekenanya.

“pa….tahu kayak gini kenapa sih dulu sampeyan nggak bikin kayak gitu aja….hidup kita nggak bakalan susah..Cair terus..hehehehehehe”, aku mulai ngaco

“bisa saja papa seperti itu…tapi papa Cuma mikirin kamu, mama kamu, dan adek kamu”, kali ini dia menjawab lebih serius..

“apa hubungannya denganku…malah kalau kayak gitu kita nggak bakalan kekurangan uang..aku nggak perlu kerja sendiri luntang lantung untuk kuliah..itu biaya roni masuk polisi juga ada…rumah kita nggak jadi paling jelek di antara keluarga keluarga kita yang lain…sampeyan dan mama bisa sepuasnya naik haji,,dan nggak perlu sampek jual tanah kayak kemaren…uang itu penting pa..”, aku mulai manas manasi..

“iya..tapi kamu tahu nggak kalau uang korupsi itu uang panas..dan kamu tahu apa akibat uang panas ?”, dia meletakkan Kitab Yassin yang dibacanya..dan menatapku dengan serius.

“ah..uang itu kan sama saja…sama sama dikeluarkan oleh Bank Indonesia....mana aku tahu akibat uang panas”, sekarang aku yang sekenanya..

“uang panas bisa bikin keluarga, keturunan, yang memakannya cacat. Itu menurut kepercayaan ku…kalau papa dulu berbuat seperti kata kamu tadi..maka kamu akan lahir CACAT di muka bumi ini. aku nggak mau keluargaku makan nasi Haram..begitupun juga, aku nggak mau kalau anak anakku seperti kamu dan adek adek mu itu minum SUSU haram, dan itu bisa bikin kamu cacat…apa kamu mau cacat? ”, dia mejawab panjang kali ini..

“tapi pa…”, aku masih belum puas

“sudahlah..kita tidak butuh rumah mewah seperti keluarga keluarga kita yang lain..kita sudah cukup punya rumah sederhana ini..aku juga cukup sekali saja haji, begitu juga mama kamu..nggak usah kamu beratkan”, dia memotong penjelasanku..

Oke..oke….kalau dia sudah seperti itu, maka itu tanda aku nggak usah tanya tanya lagi. Dan juga aku merasa apa yang dia katakana benar. Keluarga ku memang tidak sekaya yang lain, tapi InsyaAllah yang paling bahagia…..

“Cong..kamu tahu nggak apa itu penjara ??” , dia mengagetkan lamunanku..

“penjara..penjara ya..penjara..tempat orang orang ditahan..”, jawabku..

“akh….ternyata kamu belum tahu tentang penjara….besok kamu ikut aku…”. Dia berkata sambil terkekeh kekeh…

“kemana pa ?”, tanyaku lagi

“besok halal bin halal pensiunan LP dan kejaksaan…kamu ikut..mama kamu katanya ngajar dan nggak bisa di ganggu..”,jawabnya

“males akh…itu kan acara orang orang tua..”

Papaku diam saja…namun dia mengeluarkan sebungkus rokok LA 12…terpaksa aku mengiyakan..”oke boz berangkat…” , jawabku dengan antusias.

****

Acara paling menjemukkan yang pernah aku hadiri. Gimana tidak, disini semuanya orang orang jompo. Aku mana ada teman ngobrol…terpaksa aku ngikutin ebesku itu jalan menyalami teman temanya. Bak ajudan pribadi aku berjalan di belakangnya. Acara ini memang di buat santai. Semi standing party.

Aku sekarang di kerumuman orang orang parlente. Batik papaku mungkin merek paling jelek di antara yang lain. Namun aku heran, orang orang ini tidak menyentuh makanan sedikitpun. Sedangkan ebesku mungkin yang paling rakus. Sebenarnya sih makanannya tidak se enak masakan ibuku. Namun ebesku jadi paling kontras dengan menyantap hidangan Sate dan Gule.

“pak Zaini…bapak nggak punya kolesterol ??? kok makan Sate kambing..itu kambing lho..”, kata seorang bapak yang pakaiannya paling bagus.

“ohhh…ndak pak…kolesterol saya stabil kok…jadi nggak apa apa makan sate kambing mah..”, jawab ebesku enteng

“enak ya pak…bapak nggak usah mantang makanan apa apa..kalo saya kolesterol tinggi…nggak boleh makan apa apa sekarang..Cuma boleh makan bubur gandum..iri saya sama sampeyan”, kata bapak berpakain bagus tadi..

“ah..sampeyan kok malah iri sama saya pak jaksa..saya ini Cuma kebetulan saja masih boleh makan kambing….”, katanya sekali lagi..

Kedua laki laki berbeda jenis pakaian itu tertawa terbahak…aku berpikir apanya yang lucu…setelah pak jaksa itu beralih ke tamu yang lain, ebesku berkata …

“Zal…itu salah satu penjara….”, katanya

Aku Cuma menganga, sampai seorang wanita berusia sekitar 50 tahun lebih mendekati ebesku..

“Wah pak Zaini…ini anaknya …yang ke berapa ?”

“yang pertama bu dokter..saya kan dulu memang telat punya anak..14 tahun…jadi ya,,kayak gini,,saya sudah pensiun dia masih belum lulus kuliah”, jawab ebesku. Ternyata wanita ini salah seorang dokter penjara dulu.

“o ya…kuliah dimana mas ?”, kata wanita itu.

Bibirku belum bergerak, ebesku sudah menjawab “Komputer bu dokter…di ITS sana..IP nya 3,5”, kata ebesku. Ah,,aku merasa berdosa,, karena Cuma IP yang 3,5 saja yang ku berikan ke dia..IP yang jelek tak simpan..hihihihihi…

“wah..hebat ya…beda nasib sama anak saya pak..anak saya tiga tiganya cacat..nggak tahu, padahal di keluarga saya dan suami saya tidak ada keturunan cacat mental. Ya,,giamana lagi namanya juga anak…”,kata bu dokter itu

“sekraang dimana anak ibu”,,ebesku tampak menyesal sombong sombongan tadi.

“Saya titipkan ke saudara saya pak,,malu saya kalau seandainya masyarakat jijik datang ke saya cuman karena melihat anak saya seperti itu…ya tahu sendiri pak Zaini,,masyarakat kan menilai kalau saya itu dokter. Dan harus tampil sempurna..ntar dikira saya juga punya kelainan…”, jawab bu dokter lagi.

“ibu tidak pernah ketemu anak ibu..”

“setahun sekali pak…saya titip ke keluarga saya di JAWA..kadang saya rindu sama mereka..tapi ya gimana,,suami saya kan dokter juga..ini tuntutan di masyarakat………………”, bu dokter dan ayahku berbicara panjang lebar. Tapi ayahku tak lagi nyombong nyombongin aku lagi..Cuma terlihat aneh saja, dia kok gampang ya bicara sama cewek. Bu dokter itu juga terlihat nyaman bicara dengan ebes. Ayahku memang mirip dengan adekku, gampang deketin cewek..sedangkan aku,,,,keringat dingin selalu keluar jika bicara denga wanita…ah…

“zal,,,Itu juga PENJARA”,, lagi lagi ebesku berkata padaku setelah bu dokter pergi.

Aku mulai mengerti maksud ebesku.

******

Dirumah aku kembali bincang bincang dengan ebesku kembali..Cuma kali ini aku terdiam. Dan dia yang berbicara. Aku mulai merenung apa yang dibahasnya dari kemaren.

“Conk…setiap orang punya PENJARA-nya masing masing..penjara itu namanya Identitas..orang orang terperangkap dengan identitasnya itu..dan membatasi dirinya sendiri…mereka hanya takut masyarakat tidak menghormati identitas mereka..sehingga tidak ada lagi RASA....Conk..mulai sekarang kamu harus belajar untuk memerangi penjara kamu sendiri…jangan terbatas oleh apapun..jangan menyerah karena identitas kamu…kamu-lah yang membentuk identitas itu sesuka kamu..bukan kau yang dibentuk olehnya…dengan begitu, aku yakin conk…..kau tidak akan terbatas..hanya Tuhan dan Nabi NabiNya yang dapat membatasi-mu…”, ayahku sekali lagi membuat aku terdiam dan merenung..

Sekarang aku tahu apa itu penjara…bagiku penjara bukan lagi hanya sekedar kata dalam kamus besar bahasa Indonesia. Atau sebuah tembok besar yang menjulang. Aku berusaha memerangi penjara yang membatasi-ku untuk menjadi manusia seutuhnya…

Disini memang tidak ada definisi jelas apa itu penjara..seperti biasa saya harap teman teman dapat merenung sendiri apa itu Penjara…bagaimana menurut-mu ?????

8 komentar:

  1. sebuah percakapan di teras rumah..yang membuatku kembali bertarung...

    BalasHapus
  2. ayahmu bijak... thumbs up!!

    sudahkan dirimu lepas dari penjara hati mu sendiri yang kau buat dengan seorang wanita itu?

    BalasHapus
  3. oman : why ?
    jogjezz : perjuangan My Bro...

    BalasHapus
  4. ya....thanks gan...ayo...kamu nulis juga

    BalasHapus

Tanya Mbah Google

Shout Me !!!


ShoutMix chat widget