Sabtu, 06 April 2013

#MENGENANG ANGGI 6



...AKU MARAH, IYA AKU MARAH. AKU TAK PERNAH SEKESAL INI PADA ANGGI SELAMA AKU MENGENALNYA. TAPI SEKARANG AKU BENAR BENAR MARAH. DIA MASIH TERGOLEK LEMAH DI TEMPAT TIDUR SEMPIT RUMAH SAKIT. AKU TIDAK BISA MENERIMA KENYATAAN BAHWA DIA HARUS KOMA. SUDAH 3 HARI, DAN DIA BELUM SADAR. KAMR INI DULU YANG JUGA AKU TEMPATI MENJELANG OPERASI MATA, DAN DI TEMPAT INILAH AKU PERTAMA MENGENALNYA. DIA SEPERTI MALAIKAT WAKTU ITU, DAN KINI, SAAT KOMAPUN KECANTIKANNYA TIDAK HILANG. DOKTER SUDAH MEMVONIS KANKERNYA SUDAH STADIUM 3, DAN TIDAK ADA SATUPUN TERMASUK AKU, ORANG TUANYA, DAN BAHKAN MANTAN MANTAN PACARNYA YANG TAHU PENYAKITNYA. AKU MARAH KENAPA DIA TIDAK MEMBERITAHUKU, AKU MARAH KARENA AKU TIDAK SIAP.

AKU MELAKUKAN APA YANG DIA LAKUKAN KETIKA AKU MASIH MENJADI PASIENNYA. MENGGENNGGAM TANGANNYA SEPANJANG MALAM. TANGANNYA DINGIN, WALAU BAGIKU RASANYA MASIH SAMA HANGATNYA DENGAN BEBERAPA TAHUN YANG LALU. DIA MALAIKAT, TUHAN, MALAIKAT TIDAK PERNAH SAKIT. KENAPA ANGGI SAKIT PARAH ? DIA TAK PANTAS MENERIMA INI SEMUA. DALAM BEBERAPA DETIK AKU KEHILANGAN KEPERCAYAAN KEPADA SIAPAPUN TERMASUK DIRIKU SENDIRI. AKU TAK TAHU YANG HARUS AKU MINTA. INI SATU SATUNYA PEREMPUAN YANG AKU KENAL SEKARANG. AKU MERASA TUHAN MEMPERLAKUKANNYA TIDAK ADIL. AKU BINGUNG,,,,,,

Rabu, 03 April 2013

MENGENANG ANGGI #5




Teman temanku bilang almarhumah Anggi lebih dewasa daripada aku sendiri. tentu saja ada beberapa hal yang aku tidak terima dengan penilaian itu. Anggi punya sifat yang suka "ngambek" yang walaupun jarang tapi kalau sudah penyakitnya itu datang pasti akan lama. dulu, aku pernah harus menginap di rumah sakit tempat dia bekerja hanya untuk minta maaf. masalahnya sepele, aku cemburu, diapun cemburu. pertengkaran kecil kami hari itu tak seperti biasanya dan harus berakhir dengan tangisan kecil di ujung perdebatan. Anggi pulang, dan 7 hari aku tak bisa mnghubunginya. dia tidak bisa dihubungi lewat BBM, sms, bahkan telponpun tak pernah dia gubris walau juga tidak dia reject. aku tahu bahwa senin waktu itu, dia harus mengoperasi mata salah seorang pasien. dan ini kesempatanku untuk ketemu dengannya. seperti yang sudah aku sangka, melihatku saja dia tak mau. aku menunggunya di lobi hingga tengah malam, dan ya akhirnya aku menyerah. aku menginap malam itu di lobi rumah sakit. dia sama sekali tak menghampiriku.

besoknya, aku membantu salah satu perawat cowok di RS itu untuk benerin beberapa laptop dan komputer milik rumah sakit itu. ya itung2 itu bayaran aku nginep gratis malam sebelumnya. ada sekitar 3 laptop yang aku benerin, dan sebuah komputer PC yang ternyata admin CCTV  di tempat itu. aku iseng buka beberapa bagian video, dan data CCTV waktu aku tidur di lobi. dan di situ, disisi kursi kayu tempat aku tertidur, disisi sebelah timur, dimana dia duduk di dekat kakiku. Anggi datang menghampiriku malam itu ketika aku tertidur. aku yakin dia pasti memaafkanku. buktinya dia datang malam itu, walau juga tidak membangunkan aku dia hanya duduk didekatku sekitar 30 menit sambil melihat dalam........aku berhasil baikan dan mendapatkan maafnya tepat setelah 3 hari aku nginep di RUmah sakit. mungkin sjaa dia terpaksa maafin aku hanya agar aku cepat pulang dan gak terlalu malu maluin karena pacarnya nginep di RS 3 hari...

sekarang, aku masih merasa seperti itu. ketika aku tertidur, aku merasa dia masih melihatku. mungkin membelaiku, membelai rambutku perlahan sambil membenarkan selimut yang tak pernah rapi jika aku pakai tidur. Anggi, dia seakan masih hidup, masih ada dalam hidupku....dia selalu ada dimana aku disini, dimana aku berada, dimana aku selalu mendoakannya. dia pasti melihatku, tersenyum dan tahu bahwa aku masih sangat merindukannya lewat doa doaku....Anggi, dia yang selalu bilang "Cang, aku masih akan selalu disini untuk mu"...dia perempuan yang sama yang selalu bilang bahwa "aku adalah laki laki paling berarti dalam hidupnya". berarti beneran, bukan cuma hanya karena sekedar dibutuhkan...

Minggu, 31 Maret 2013

Mengenang Anggi #4



beberapa hari lagi 100 harinya Almarhumah Anggi, dan rasa rasanya baru kemaren saja dia pergi. dia memang suda biasa pergi lama, bahkan pamitanpun kadang hanya dengan sebuah sticky note laptopku. apalagi kalau sedang menjengukku dengan datang tiba tiba. bahkan ketika studynya belum kelar di singapur pun Anggi kerap memberikan kejutan. aku masih ingat, di hari jumat dia bilang bahwa senin dia ada ujian salah satu matakuliah yang tidak dia sukai. Anggi bilang bahwa ritual kami untuk berbicara lewat telpon setiap sabtu malam ditunda saja. sebenarnya aku tak terlalu susah mengabulkan permintaan nya itu, tarif telpon ke singapura pas weekend ya tentu saja seharga 1 press rokokku untuk seminggu. dan tanpa di duga duga, sabtu malam dia sudah ada di depan pintu kamar dengan tumpukan buku yang tebal. Dan belum habis keherananku dia mencoba menjawab kecurigaanku, "ah belajar juga gak bakalan bikin aku jago mata kuliah ini, jadi aku ke sini saja". dan ya, buku buku tebalnya itu hanya assesoris saja, tak pernah dia buka. besoknya, Anggi pulang ke singapura, dengan wajah khawatir, "Kalo aku nggak lulus, rencana kita tunda lagi dong". aku tak terllau suka kekhawatirannya yang itu.

dia sering pergi, sering bepergian jauh. menjadi platinum member dari sebuah maskapai penerbangan membuatnya sering travelling. diskon yang murah, bahkan ketika aku menjenguknya di singapur, aku mendapat bonus tinggal di Mandarin Hotel, salah satu hotel bintang lima di singapur dengan gratis. dulu, jika kepikiran dia, cukup dengan 500 ribu sudah bisa sampai di changi, dan dia dengan senyum lebar selalu ada di sana 1 jam sebelum aku sampai. dulu, kami memang jauh, tapi selalu ada harapan untuk bertemu. dulu, dia selalu bisa aku gapai. sekarang, dia sudah semakin jauh. tapi tentu saja, aku lega. dia sekarang lebih dekat Tuhan. atau sekarang dia juga di dekatku karena baginya sekarang sudah tidak ada batas dan larangan kami harus bertemu. sudah tidak ada lagi rencana rencana besar kami hanya untuk sekedar ketemu. mungkin saja,,,,dia selalu dekat denganku. aku menyimpannya, dalam sebuah loker di hatiku.  :)

Sabtu, 09 Maret 2013

Mengenang Anggi #3

...mengenang Anggi #3

alasan ? "why must  need any reason to love something ?". Satu satunya hal yang membuat saya kadang suka jengkel sama anggi ya karena jawabannya yang suka sekenanya. Anggi memang tidak pernah suka berdebat, namun menurut saya ada beberapa hal yang harus diperjelas. bukankah semuanya membutuhkan motivasi. menurut Anggi, untuk apa menjelaskan sesuatu yang memang ingin kita lakukan. dia selalu mensederhanakan semuanya. dia bilang, satu satunya alasan untuk melakukan sesuatu ya karena kita pengen saja melakukannya. aku mulai percaya, aku mulai yakin juga. bahwa tidak semua hal butuh alasan kecuali ya kita mencintai hal yang kita lakukan itu. operasi mata terakhirku gagal, dia sudah hampir menyerah. semua orang menyerah, dan akupun juga semakin menyerah. aku masih ingat sore menjelang magrib. udara yang lumayan dingin di depan pintu kamar rumah sakit. aku berdiri menunggunya. Kedatangannya masih biasa seperti hari hari lainnya. dia menyentuh tanganku pelan, dan mengenggamnya hangat.  "Aku akan mendonorkan mataku, untukmu". keputusan yang benar benar gila. bagaimana mungkin seorang perempuan yang sempurna seperti dia harus buta. apa kata dunia jika ada dokter mata yang mengalami kebutaan. aku tak setuju dengan keputusanya, dokter dokter di rumah sakit, keluarganya, tunangannya, semua tak akan setuju dengan keputusan bodoh itu. hanya Anggi, hanya dia sendiri yang setuju dan ngotot mempertahankan pendapatnya. susah di mengerti kemana jalan pikirannya. ketika aku memohon dengan sangat agar keputusannya itu di batalkan , Anggi tak pernah mundur. "Aku melakukan ini karena aku mencintai apa yang ingin aku lakukan". Aku tak pernah tahu bagaimana meyakinkannya. dia seperti malaikat. aku tak akan bisa meyakinkan malaikat. karena hanya malaikat yang bisa membuat orang percaya. dari inilah akhirnya aku benar benar percaya tentang kebaikan. bahwa di dunia ini tidak semuanya kepentingan pribadi, tidak hanya keuntungan pribadi, tidak hanya menghalalkan segala cara untuk keuntungan diri sendiri. Anggi membuatku percaya bahwa tidak semua hal butuh alasan. Anggi membuatku yakin bahwa hal baik itu ada. Aku percaya, aku percaya bahwa berbuat baik tanpa harus mengharapkan balasan. dia mengajarkan padaku dengan kenyataan bahwa dia sudah siap untuk mendonorkan matanya untukku. walau akhirnya, mataku berhasil disembuhkan dan dioperasi untuk yang ke empat kalinya, dan mata Anggi tidak jadi di donor, dia sudah membuktikan semua kebaikan itu ada di dunia. dia berani menantang kedua orang tuanya untuk orang yang bukan keluarganya. dia menantang tunangannya utnuk laki laki yang baru saja hadir dalam hidupnya lagi, dan dia menantang dokter dokter yang lain, untuk pasien yang bahkan untuk beli obat harus nunggak. Dia itu malaikat, aku tak memikirkan alasannya. Dia hanya malaikat saja buatku.

Mengenang Anggi #2

....mengenang Anggi........#2

.......dari semua perempuan muda yang saya kenal, Anggi adalah yang paling suka menangis. saya bisa merasakannya bahkan ketika saya masih belum bisa melihat. dirumah sakit, setiap saya selesai operasi, saya selalu bisa merasakan air matanya. pada awalnya saya masih harus mengenali dan meraba wajahnya dulu untuk tahu apakah itu Anggi atau bukan, dan setiap saya meraba bagian mata nya, saya selalu tahu, dia menangis. suatu saat, ketika fase titik terendah dari operasi mata saya, dia ke ruangan saya di sebuah paviliun rumah sakit. tak seperti biasanya, itu jam sekitar habis dzuhur. seharusnya dia masih rapat. dokter muda itu tidak bicara, hanya duduk di dekat saya, dan hanya berdiam saja. saat itu saya sudah mulai mengenal nafasnya, identitasnya tanpa harus meraba wajahnya lagi. nafasnya semakin cepat dan tersenggal, saya tahu, dia pasti akan menyampaikan berita bahwa operasi mata saya gagal. dia selalu menangis ketika menyampaikan berita itu. sudah dua kali dia melakukannya sebelum ini. namun sekarang, dia hanya berdiam diri. dia memegang mata saya, kemudian meletakkan tangang saya di dekat matanya yang berair. saya mengenali airmatanya. dingin sekali. saya tidak bertanya, saya mencoba untuk memberinya kesempatan. dan setelah adzan ashar terdengar, saya baru mendengar suaranya, menjelaskan bahwa mata saya semakin kecil kemungkinannya untuk sembuh. saya membutuhkan donor, dan dia bilang akan mecari donor untuk saya. setelah kejadian waktu itu, Anggi selalu menangis di dekat saya. bahkan ketika saya bercanda dan bercerita tentang hal lucu dia selalu menanggapinya dengan menangis....ketika mata saya sudah sembuh pun dia selalu lebih mudah menangis saat kami harus bedebat atau berbeda pendapat . dan akhirnya, dia menjadi perempuan yang paling mudah membuat saya luluh ketika marah. saya tak pernah tega melihatnya menangis. dan itulah yang membuat kami tak terlalu banyak bertengkar. saya masih ingat ketika rencana pernikahan kami harus tertunda karena Anggi harus mengikuti suatu kontes di Jakarta, dia menang, 2 jam setelah itu dia hanya menelpon saya lalu kemudian menangis saja. airmatanya, memang sesuatu yang sempurna, karena memang yang tertulus. hanya 2 air mata yang saya tahu tulus di hidupku, mamaku dan Anggi. dan kini, sudah hampir dua bulan meninggalnya, Anggi malah melarang saya untuk menangis......ini tidak fair, dia mengijinkan saya untuk tidak menangis bahkan ketika di pemakamannya..saya merindukan airmatanya,,bahkan saya ingin sekali menangis saat ini, saya ingin menangis seperti dia.......

Mengenang Anggi #1

(....Mengenang Anggi..... #1)

saya masih ingat pertama kali bertemu dengan Anggi, ketika mata saya buta. kecelakaan di kediri beberapa tahun lalu sempat membuat saya frustasi. sudah 3 dokter yang menyerah. tapi seorang dokter muda yang baru mendapat gelar spesialis mata sebuah universitas kedokteran di Singapura merasa bahwa saya masih bisa disembuhkan. Anggi, dokter saya itu selalu menyemangati saya bahwa operasi mata memang sering gagal, tapi juga tak sedikit yang berhasil. 3 kali seminggu saya harus mengunjungi ruang prakteknya. setiap jam 4 sore. saya tidak mengerti kenapa saya harus selalu periksa jam 4 sore. ini yang lucu, jam 4 sore adalah jam makan siangnya. dia selalu meminta saya menemaninya makan siang dengan masakan sederhana yang dia buat sendiri. selalu, makan siang kami itu lebih dari sejam. baru sehabis magrib dia memeriksa mata saya. obrolan kami setiap sore selalu hangat, dia bilang pikiran saya terlalu radikal. saya selalu membela diri bahwa kalo tidak ada orang radikal seperti soekarno, hatta, syahrir negeri tidak akan merdeka. tapi anggi selalu suka mendebatkan tentang warna cahaya. dia bilang bahwa cahaya itu hanya bisa dilihat dengan mata tertutup, bukan dengan mata terbuka. seperti apa warna cahaya itu ? apa seperti pelangi, atau putih, atau malah bening dan tidak ada. saya tentu saja masih tidak mengerti apa maksudnya, hingga suatu saat dia mengajak saya untuk ke sebuah taman jam 9 pagi. dia menyetir mobil dan saya yang masih belum bisa melihat duduk di sampingnya. didalam mobil dia bilang apakah saya melihat cahaya atau merasakan sesuatu, saya jawab tidak ada. ketika sampai di taman dia menuntun saya dan seolah saya merasa saya menghadap ke arah timur karena wajah saya langsung terkena matahari. saya merasa ada warna hijau yang cukup muda muncul dalam mata saya. yang saya tahu, selama ini saya hanya melihat warna gelap atau hitam, tapi sekarang saya melihat warna lain. warna hijau. Anggi bertanya "kamu merasakan apa sekarang ? kamu melihat apa ?"

"hijau muda, sangat muda hampir putih tapi masih terasa hijau kataku"

"hijau sperti apa ?"

"hijau pupus tapi lebih muda lagi"

"ya...itu maksudku,,,itu mungkin warna cahaya...hijau muda"....

........................................................

Tanya Mbah Google

Shout Me !!!


ShoutMix chat widget