....mengenang Anggi........#2
.......dari semua perempuan muda yang saya kenal, Anggi adalah yang
paling suka menangis. saya bisa merasakannya bahkan ketika saya masih
belum bisa melihat. dirumah sakit, setiap saya selesai operasi, saya
selalu bisa merasakan air matanya. pada awalnya saya masih harus
mengenali dan meraba wajahnya dulu untuk tahu apakah itu Anggi atau
bukan, dan setiap saya meraba bagian mata nya, saya selalu tahu, dia menangis.
suatu saat, ketika fase titik terendah dari operasi mata saya, dia ke
ruangan saya di sebuah paviliun rumah sakit. tak seperti biasanya, itu
jam sekitar habis dzuhur. seharusnya dia masih rapat. dokter muda itu
tidak bicara, hanya duduk di dekat saya, dan hanya berdiam saja. saat
itu saya sudah mulai mengenal nafasnya, identitasnya tanpa harus meraba
wajahnya lagi. nafasnya semakin cepat dan tersenggal, saya tahu, dia
pasti akan menyampaikan berita bahwa operasi mata saya gagal. dia selalu
menangis ketika menyampaikan berita itu. sudah dua kali dia
melakukannya sebelum ini. namun sekarang, dia hanya berdiam diri. dia
memegang mata saya, kemudian meletakkan tangang saya di dekat matanya yang berair.
saya mengenali airmatanya. dingin sekali. saya tidak bertanya, saya
mencoba untuk memberinya kesempatan. dan setelah adzan ashar terdengar,
saya baru mendengar suaranya, menjelaskan bahwa mata saya semakin kecil
kemungkinannya untuk sembuh. saya membutuhkan donor, dan dia bilang akan
mecari donor untuk saya. setelah kejadian waktu itu, Anggi selalu
menangis di dekat saya. bahkan ketika saya bercanda dan bercerita
tentang hal lucu dia selalu menanggapinya dengan menangis....ketika mata
saya sudah sembuh pun dia selalu lebih mudah menangis saat kami harus bedebat
atau berbeda pendapat . dan akhirnya, dia menjadi perempuan
yang paling mudah membuat saya luluh ketika marah. saya tak pernah tega
melihatnya menangis. dan itulah yang membuat kami tak terlalu banyak
bertengkar. saya masih ingat ketika rencana pernikahan kami harus
tertunda karena Anggi harus mengikuti suatu kontes di Jakarta, dia
menang, 2 jam setelah itu dia hanya menelpon saya lalu kemudian menangis
saja. airmatanya, memang sesuatu yang sempurna, karena memang yang
tertulus. hanya 2 air mata yang saya tahu tulus di hidupku, mamaku dan
Anggi. dan kini, sudah hampir dua bulan meninggalnya, Anggi malah
melarang saya untuk menangis......ini tidak fair, dia mengijinkan saya
untuk tidak menangis bahkan ketika di pemakamannya..saya merindukan
airmatanya,,bahkan saya ingin sekali menangis saat ini, saya ingin
menangis seperti dia.......
Sabtu, 09 Maret 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar