Kamis, 04 Februari 2010

Ijinkan Aku katakan : Mencintaimu......







Pada zaman Nazi ada seorang jenderal Amerika yang sangat terkenal dengan ilmu perangnya. Sang Jenderal adalah seorang tentara yang kuat dan tegas. Banyak perang yang dapat di menangkannya karena kekerasan hatinya yang tak tergoyahkan. Dengan sosok yang sangat kuat seperti itu hampir semua musuh sang jenderal terkencing kencing jika harus berhadapan dengannya.

Kekerasan hati sang jenderal ternyata mempengaruhi kehidupan pribadinya. Dia menjadi orang yang sangat pemurung dan dingin. Bahkan terhadap keluarganya. Sang Jenderal sangat jarang menunjukkan sifat yang halus terhadap anak anaknya, dan kelembutan kelembutan kepada istrinya. Sebenarnya apa yang dilakukan sang Jendral untuk kebaikan keluarganya. Dia berharap anaknya menjadi orang yang kuat seperti dirinya dengan cara mendidik yang cukup keras. Dia ingin anaknya tidak cengeng dalam menghadapi hidup, melihat kondisi perang saat itu. Istrinya adalah seorang wanita mandiri yang juga sangat mencintai sang suami. Tak satupun kata keluhan dari bibirnya yang keluar, walaupun tak ada satu kata cinta pun yang keluar dari sang suami. Cinta bagi sang jenderal dan sang istri adalah cinta yang dirasakan dengan hati, tanpa dengan kata kata.

Suatu saat bertepatan dengan Ulang tahun anak bungsu sang Jenderal, dia diperintahkan untuk melakukan penyerangan terhadap kekuatan Nazi di Polandia. Dengan perintah perang tersebut sang Jenderal berangkat tanpa berpamitan terhadap sang anak dan istrinya. Dia berangkat dengan sejuta bimbang, seolah ragu keberangkatannya sekarang. Suatu rasa yang jarang dia rasakan. Ingin sekali saat ini dia bertemu anak dan istrinya. Merayakan Ultah bersama dan menyatakan cintanya terhadap keluarganya selama ini. Sebuah keluarga yang selalu membuka pintu untuk dimasukinya. Namun dia tidak bisa meninggalkan tugas Negara. Dia berangkat ke medan perang dan berharap kembali dengan selamat. Setelah itu dia akan pensiun, menikmati masa tua dengan keluarga tercinta.

Sang jenderal pulang dengan perasaan bahagia. Setelah perang di Polandia yang berhasil dia menangkan. Sebuah perang yang dapat menghentikan ketegangan Eropa waktu itu, karena NAZI terdesak kembali ke Jerman Barat. Dengan sebuah boneka beruang coklat yang dibawanya untuk hadiah buat kedua anaknya. Dan juga sebuah kalung emas untuk istrinya, Sang Jenderal melangkah dengan sangat bahagia pulang ke rumah. Setelah sedemikian lamanya, dia ingin memeluk sang istri dan mengecup kening kedua anaknya sebelum tidur. Ingin rasanya dia buang semua kebekuan hatinya selama ini. Perang sudah hampir usai, begitu juga kebisuan nuraninya. Ketika sampai dirumah, sang Jenderal ingin sekali meneriakkan kata “I Love You” dengan sekeras kerasnya. Kata kata yang haram dia keluarkan selama ini karena dianggapnya cengeng. Ingin rasanya dia lakukan semua itu setibanya dirumah, hingga saat……..

Hingga saat dia tahu bahwa rumahnya terbakar habis. Istri dan kedua anaknya tidak dapat terselamatkan akibat kebakaran tragis itu. Sebuah lilin Ulang tahun yang tak sengaja dia injak seolah mengingatkan dia, bahwa Seorang jenderal yang hebat itu bisa mengalahkan NAZI, Tapi tidak bisa mengalahkan api yang membakar rumahnya. Lilin yang hampir separuh habis itu mengingatkan Sang jenderal yang sudah menyelamatkan ribuan orang Polandia, namun tidak bisa menyelamatkan 3 orang keluarganya, yang sangat ingin dipeluknya saat ini. Lilin merah itu seperti berkata kepada sang jenderal bahwa dia sudah meninggalkan keluarganya pada saat seharusnya dia bilang “I Love U”- kepada keluarganya walaupun hanya sedetik. Ya, keluarganya harus meninggalkan dia sebelum dia sempat menunjukkan Cintanya.

Pada saat pemakaman keluarganya, sang Jenderal tak henti hentinya menangis. Seorang pendeta yang memimpin pemakaman itu berusaha menghiburnya. Dia mengatakan bahwa maut ada di tangan Tuhan. Tak seharusnya sang tentara menangis. Karena semua itu adalah kehendak Tuhan. Sang Pendeta melakukan tugasnya dengan baik, sampai dia akhirnya termenung dan menganga mendengar jawaban sang jenderal.

“Aku sudah melihat ribuan kematian dalam medan perang. Aku sudah terbiasa kehilangan . yang aku tangiskan bukan kematian mereka. Tapi aku menyesali apa yang sudah kulakukan pada mereka selama ini.”, kata sang Jenderal.

“Apa yang kau sesali sehingga kau menangis seperti ini ??”, lanjut sang pendeta.

“Seumur hidupku aku tak pernah sekalipun mengatakan bahwa aku SANGAT MENCINTAI MEREKA….tak sekalipun dalam hidup aku mengungkapkan bahwa aku sangat mencintai mereka… tak sekalipun dalam hidup aku mengijinkan mereka masuk kedalam hidupku…”, jawab sang Jenderal sambil terus menangis.

Sang pendeta hanya terdiam. Lalu perlahan pergi meninggalkan sang Jenderal. Sambil berkata lirih, “Anakku sekarang kau hidup, ketika mereka mati…”


*****
Cerita diatas adalah sebuah cerita yang sampai detik ini masih membuat aku merenung. Cinta harus diungkapkan. Begitu sekilas pesan yang kutangkkap. Tak bisa kupungkiri nahwa aku ini layaknya sang jenderal yang menangis. Tak sekalipun dalam hidup ku bisa ungkapkan rasa cintaku. Pada orang orang yang kucintai. Bagiku perasaan cinta hanya ada dalam hati, bukan di bibir. Sampai saat aku benar benar kehilangan orang yang kucintai. Benar benar kehilangan pintu yang dapat kubuka untuk mencurahkan kegundahan. Sampai saat aku hidup ketika aku sudah memiliki kematian dalam kesempatan untuk mencintai. Sampai aku sadar bahwa tak mungkin lagi dia mengijinkan aku untuk mencintai dia. Seorang malaikat yang bisa kulihat dari matanya, bahwa dialah Cintaku.

Saat ini tak akan lagi kutunda perasaan cintaku. Takkan lagi kututupi setiap rasa yang ada dalam hati. Jangankan menundanya hingga siap, sedetik pun aku takkan ku biarkan aku tidak mencintai dia. Aku akan tetap mencintai dia, walau tak bisa bersama. Dia telah menghidupkan aku dengan meninggalkan aku. Seperti sang Jenderal yang dihidupkan kembali setelah kematian keluarganya. Karena hidup itu bukan hanya untuk hidup, tapi juga untuk MENCINTAI.





8 komentar:

  1. tapi berbeda,
    orang yang aku cintai sudah menutup hatinya,
    jadi sebanyak apapun ungkapan cinta yang akan diungkapkan,
    hanya sampai dipintu
    aku menghargai keputusannya, untuk menyarankan aku
    mencari pintu yang baru

    BalasHapus
  2. yang penting mengungkapkan bro....gak masalah nyampek pintu, nyampek taman, kebon, sawah...Cinta harus di ungkapkan..jadi contoh si Jenderal yang nangis2 setelah dia tidak bisa mengungkapkan...karena pintu cinta bukan tertutup..tapi menghilang

    BalasHapus
  3. waaaah.... zal... mengingatkanku zaman tempoe doeloe....

    Ni pengalaman pribadi lho ( he...he... smoga dya ga baca)

    Keyakinan itu memang mahal harganya...
    termasuk keyakinan saat kita merasakan "sesuatu" da berjuang untuk "rasa" itu....
    dan bahwa "rasa" itu adalah sesuatu yg datangnya diluar kuasa kita...

    krn tak ingin suatu saat menyesal... mknya q berjuang untuk "rasa" itu....
    walaupun awalnya sangat sulit n terasa sakit...

    My heart was beating when i meet him....
    he...he...
    Ana....

    BalasHapus
  4. mbak nana : hahah dulu ya mbak....aku juga jadi saksi sejarah lho waktu itu..dya juga bingung mbak...tapi aku berani pastikan,,waktu itu sampeyan thok sing bikin koncoku iku ruwet2 dewe...tapi yang penting kan dapat mbak...tahan lama lagi....aku iri lho mbak sama sampeyan dan vandik yg mau saling ungkapkan..aku siee...koyok jenderal iku,,nangis2x..heheh... btw,,,sabar aja mbak...semakin banyak masalah,,semakin dekat hari kemenangan itu..

    BalasHapus
  5. he...he... iya zal....
    Amiin... semoga diberi kelancaran mencapai hari kemenangan itu....

    Btw kl tak baca lagi komenku ko kayak puisi ya...

    He...he...

    Ana

    BalasHapus
  6. bakat sih...tinggal bikin blog nya aja...wah,,,saingan berat blogq nih...tapi puisine q baca jujur kok...hehhe

    BalasHapus
  7. he...he....
    masih jauuuuuuuuuuuh...

    tak bc lagi masih kyk kalimat....
    msh perlu jam terbang tinggi nie...

    m.pendik ktnya pengen buat blog juga...
    nti q juga mo ikut2tan ah...
    he...he...

    ttg Gus Dur jg bagus...
    tp blm sempt q komenin...

    Ana (btw kl mo ngasih nama biar ga anonim gimana ??)

    BalasHapus
  8. pake pilihan yang name/url mbak...terus nama isi terserah,,,lah URL ngarang aja,,misa : www.nana.com kek...gtu lho..hehehe

    oke q tunggu

    maslah gusdur itu aku tulis waktu di pemakaman gusdur mbak..hehe,,nakal2 gini bekas tebu ireng juga...hehhe

    BalasHapus

Tanya Mbah Google

Shout Me !!!


ShoutMix chat widget