Jumat, 19 Februari 2010

Surga, Bidadari, dan Cinta





Surga, Bidadari, dan Cinta

Ada salah satu kebiasanku yang selalu kulakukan jika sedang resah. Apalagi jika sedang patah hati seperti baru baru ini. Adalah pergi ke Ulama atau Kiyai-ku, kebiasaan yang aku lakukan sejak SMA. Bukannya untuk nyantet atau Guna – Guna seperti kata pepatah “Cinta ditolak Dukun bertindak”, namun guru – guru Spritualku itu bisa menenangkan keresahan keresahan yang selalu bikin mimpi burukku. Apalagi hidup di dalam keluarga yang NU totok , membuat aku cukup dekat dengan beberapa Kiyai atau Ulama NU dibeberapa daerah.

Gus Miftach adalah seorang Kiyai atau Ulama di salah satu Pondok Pesantren di Jawa Timur. Dia adalah salah satu guru Hakikat-ku. Hubungan kami sangat dekat sehingga masalah pribadiku selalu ku curhati kepada beliau. Belum lagi aku adalah seorang santri yang selalu cari perdebatan panjang dengan beliau disetiap ceramahnya. Sehingga perbuatan ku yang menjurus kurang ajar itu selalu menghadirkan salah sangka bagi beberapa santri lainnya. Sedangkan Gus Miftach, malah kelihatan menikmati perdebatan perdebatan panjang kami.

Hari ini hari sabtu. Jam 7 pagi aku sudah tiba di pondok pesantren tempat Gus Miftach mengajar. Setiba di depan rumahnya, Nyai Solehah nampak sedang sibuk menyiram beberapa tanaman. Melihat kedatanganku, istri Gus Miftach itu tersenyum. Setelah menjawab salamku, beliau langsung berkata “Gurumu sudah menunggu dari tadi”. “hah ??? iya Nyai saya masuk ”, aku terkejut mendengar Gus Miftach sudah menungguku. Yang ku ingat aku tidak mengirimi kabar tentang kedatanganku. Kejadian itu seharusnya biasa saja. Gus Miftach memang memiliki kemampuan yang tidak bisa dicerna manusia biasa. Namun jarang sekali Nyai Sholehah yang mengatakan.

Gus Miftach, laki laki berusia setengah abad itu hanya mengangguk ngangguk mendengar curhatanku. Sesekali tertawa dia menepuk nepuk pundakku. “Sabarlah”, katanya. “Cinta itu bukan hanya tentang Rasa, tapi juga keihklasan”, jelasnya. Lalu dia mengajakku bertemu beberapa santri beliau. Ternyata hari ini dia ingin memberikan sedikit kuliah kepada santri santrinya.

Entah, apa untuk menghibur aku atau sekedar kebetulan, ceramah beliau adalah tentang “Bidadari di Surga”. Gus Miftach memulai ceramah dengan Surat Ath Thuur (38) ayat 17. Surat ini berbunyi

17. Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam surga dan kenikmatan,,”

Oh…ternyata Gus Miftach sedang berceramah di santri yang masih berada di tingkatan Syariat. Ini adalah pertanda bagiku untuk diam dan tidak mengundang perdebaatan. Santri di Level Syariat masih mempelajari tingkat dasar dalam Islam, sehingga jangan langsung diberikan pikiran pikiran yang membuat mereka bingung dan malah menjerumuskan nantinya. Dari ayat 17, gus miftach melanjutkan hingga ayat ke 20. Nah pada ayat ke 20 ini langusng tersentak :

20. mereka bertelekan di atas dipan-dipan berderetan dan Kami kawinkan mereka dengan bidadari-bidadari yang cantik bermata jeli.

Aku masih menahan sabar untuk bertanya. Karena aku tahu bahwa pertanyaanku akan menjadi perdebatan pada nantinya. Apalagi aku melihat santri santri yang lain tersenyum senyum mendengar penjelasan Gus Miftach. Dengan sangat jelas beliau menjelaskan tentang keuntungan orang yang bertakwa, sehingga nantinya akan terhindar dari azab neraka dan masuk surga. Di surga mereka akan bertemu dengan para bidadari. Dengan sangat jelas juga Guruku itu menjelaskan tentang bidadari…siapa itu bidadari ???

Dalam Al – Qur’an bidadari adalah makhluk ciptaan Allah yang berdiam dalam surga. Bidadari ini adalah wanita yang sangat luar biasa cantiknya. Sehingga tidak bisa dibandingkan dengan wanita manusia biasa. Sehingga surat Ath Thuur ayat ke 20 yang mengatakan bahwa di surga nanti kita akan di nikahkan dengan bidadari itu membuat para santri berbinar binar. Namun tidak aku..

“Gus,,maaf ini saya berani bertanya…”, gayaku yang memotong pembicaraan itu membuat para santri lain heran. “ya…rijal ada apa ???”, jawab Gus Miftach

“Gus apakah orang yang masuk surga dapat meminta apapun pada Allah yang berhubungan dengan kebahagiaan-nya ?”, tanyaku

“tentu saja”, jawab Gus Miftach singkat

“Nah,,,apakah semua orang yang bertakwa dan masuk surga akan mendapat jatah bidadari ?”, tanyaku lagi

“iya..tentu saja”, kali ini Gus Miftach menjawab sambil tersenyum.

“Gus kalau seandainya saya masuk surga nantinya, bagaimana jika saya meminta untuk tidak menikah dengan bidadari.. ??? bagaimana jika saya lebih memilih untuk bersama dengan orang yang saya cintai saja. Bagaiman saya jika saya meminta menikah dengan wanita bumi biasa namun wanita itu bukan istri saya di bumi dan bukannya bidadari? ”, tanyaku panjang

“jal..baiklah saya jawab namun kamu renungkan lagi… yang pertama bidadari itu cantik lho …siapa yang mampu menolak bidadari..kamu Cuma tidak pernah ketemu saja. Kalau ketemu paling kamu melupakan orang yang kamu cintai itu…hehehehe..dia terkekeh…Yang kedua,,bisa saja kamu bersama dengan orang yang kamu cintai itu, dia akan menjadi ratunya bidadari..bukan Cuma bidadari..”, Kiyaiku itu lagi lagi menjawab dengan terkekeh.

“Kalau hanya untuk mencari wanita cantik didunia ini banyak Gus,,tapi kan tidak semuanya kita cintai. Bukankah kecantikan itu tidaklah penting. Bidadari itu memang cantik dan sangat cantik. Mungkin mengalahkan kecantikan orang yang saya cintai. Namun belum bisa dipastikan saya akan jatuh cinta pada bidadari itu. Saya akan sangat berbahagia jika saya bersama Cinta saya di surga…bukan dengan wanita lain..lapalagi saya tidak mau berpoligami. Bukankah Nabi Muhammad tidak mau berpoligami ketika Khatidjah masih hidup. Begitupun saya. Jika saya bisa berama cinta sejati saya,,untuk apalagi saya menikahi bidadari”..

“Jadi kamu nggak mau menikah bidadari ?”, jawab Gus Miftach mulai khawatir santri yang lain mulai garuk garuk kepala.

“Saya ingin bersama orang yang saya cintai dalam surga…”

Kemudian Gus Miftach menjawab dengan sebuah jawaban yang ingin menutup perdebatan. Jawaban yang sadis sebenarnya.

“Nah…santri satriku…..mas Rijal ini bertanya seperti itu karena,,,, mas Rijal ini sedang patah hati…wanita yang dicintainya bersama ……..”,

Aku terkejut mendengar jawaban Gus Miftach. Aku hanya bisa nyengir ringan. Aku tahu itu jawaban yang tepat sebelum membuat santri yang lain apatis terhadap Surga…

Malam ini aku ada dalam BUS menuju Surabaya. ,masih saja terngiang ngiang nasehat Gus Miftach dan Nyai Solehah tadi siang. Nasehat sebelum aku pulang dan tidak terdengar santri yang lain.

“rijal, Allah itu bisa dengan mudah membuat laut dan ombaknya. Allah dengan mudah juga mengombang ngambingkan kapal dalam Laut…Lalu apakah Allah tidak bisa mengombang ambingkan hati manusia…bersandarlah kepadaNya..dan tanpa kamu ketahui..kamu akan menemukan jalan keluar bahkan tanpa kamu sadari….. ”

Dan tak terasan aku tertidur pulas dalam BUS malam ini....

13 komentar:

  1. ahh gus...coba aja dikasih santriwatinya satu...muridmu ini gak bakalan bingung..hwhehehee

    BalasHapus
  2. sumpah Zal gak mau poligami, kok sepertinya isapan jempol saja wkwkwkwkwkwkwk....numpang komen-

    BalasHapus
  3. erni...kamu gak baca bagian "nabi Muhammad pernah menolak berpoligami waktu khatidjah masih hidup..begitupun saya jika bisa menikah dengan cinta sejati saya... "...jadi kalo kawinnyabukan sama cinta sejati ku ya bisa lain ceritanya...hwhehehehehehe

    BalasHapus
  4. sumpah aku baca (lebay-g pernah ngelewati satu katapun pas baca sesuatu :P),..nah lo apa kabar cinta sejati ?. Cinta sejati itu terlalu tinggi Zal, tempatnya di langit!

    BalasHapus
  5. cinta sejati versi manusia maksudnya..
    (kayaknya bales comentq di FB tentang keihklasan..hwhehehehe)..

    lagian kalo maksud kami cinta sejati itu adalah "Allah"--maka Dia tidak terlalu jauh erni..Dia sangat dekat bahkan lebih dekat dari urat leher..Dia tidak ada di langit karena Allah lebih besar dari langit itu sendiri..(malah ikut2 an Gus Mift,,jadi ceramah)

    BalasHapus
  6. Saya dulu pernah tanya pada seorang yang berilmu, mungkin tidak sealim Gus Miftach wallahua'lam. "Ustadz, kalo semua orang dapat bidadari, bagaimana dengan wanita2 sholehah??? Dapet bidadara???". Beliau uraikan bla bla bla dan kesimpulannya adalah bahwa wanita sholehah nanti akan menjadi yang tercantik diantara bidadari-bidadari di surga bagi suaminya.
    Jika kecantikan satu bidadari saja bisa meruntuhkan gunung2 jika di turunkan ke bumi, jangan dibayangkan bagaimana cantiknya istri kita yang sholehah nanti. Wallahua'lam.

    BalasHapus
  7. hwahahaha....ya itulah dia bro maksudku.. mau bagaimanapun Casing seseorang sebenarnya gak ada masalah...sebenarnya walau istri kita yang sholehah juga seperti biasa dan tidak cantik, aku juga masih tetap sama dia...apalgi cantik disini kan nggak harus fisik...tapi waktu aku harus mengerti,,Gus Mif sedang ceramah didepan santri baru,,emang gak seharusnya aku tanya begitu..kalo di dalam keadaan sadr mungkin aku juga gak tanya seperti itu...Bukankah cinta Allah lebih berharga,,daripada sekedar Surga ???

    BalasHapus
  8. kata siapa gak mau sama bidadari??? jangankan bidadari,,wong cewek biasa ae kemaren pakek acara plirak plirik di Sakinah...apalagi bidadari beneran ..hwhehe

    A

    BalasHapus
  9. Anonim : itu bukan plirak plirik mesum..itu aku lagi mau nyopet....

    BalasHapus
  10. Nyopet apa nylik?? Jago ngelesnya ni Pak Dhe! :p

    BalasHapus
  11. jangan gitu tho mas mamad...hehehehe...kan sampeyan sing ngajari...btw,,, blogmu yang baru keren abis gan..terusin yow..entar tak follow

    BalasHapus
  12. aku mau bidadaranya aja Zal, gak mau bidadari

    BalasHapus
  13. hahahhaa....pus..ini urusan berat...

    BalasHapus

Tanya Mbah Google

Shout Me !!!


ShoutMix chat widget