Minggu, 21 Februari 2010

Tentang Laut



ada seorang penyelam. Pada saat usianya masih muda, dia sudah menyelam di semua bagian samudera di dunia. Kecintaannya pada laut adalah harga mati. Laut adalah daratan baginya, sedangkan tanah hanyalah persinggahan. Si penyelam belajar pada seorang Guru selam yang juga luar biasa. Guru selam ini juga sangat mencintai laut. Untuk mengetes pengetahuan dan kecintaan muridnya terhadap laut, maka sang Guru memberikan sebuah pertanyaan :

Anakku, apa itu laut ?

Sang penyelam mencoba berpikir sejenak dan kemudian dia berkata

“laut adalah tantangan guru..di sana kita dituntut untuk bisa waspada. Laut adalah tentang kepuasan yang tinggi ketika kita dapat mengawininya…laut adalah misteri yang harus dicari seperti membuka lembaran buku berdebu.”,

Si guru terkejut mendengar jawaban muridnya, dengan terpaksa dia harus memberikan penilaian bahwa muridnya tidak benar benar mencintai Laut. “Anakku,,sebaiknya kamu belajar lagi tentang menyelam. Dan kamu harus lebih rajin lagi mencintai laut…”

Sang Murid tentu saja shock. Dengan pengalaman dan kemampuanya selama ini, ternyata Sang guru menilai dirinya belum mencintai Laut. Namun dia harus tetap mengikuti perintah gurunya. Hari harinya semakin terisi dengan menyelam ke adasar laut. Semakin dalam hingga ke palung palung samudera belahan bumi manapun. 5 tahun kemudian dia kembali menghadap Gurunya. Dan berkata, “Guru saya sekarang sudah mengerti tentang laut.”. sang guru tersenyum berharap kali ini jawaban muridnya memuaskannya. “baiklah,,apa itu laut anakku ??”, tanya sang Guru

Kali ini sang murid berpikir agak lama, lalu mencoba menjawab :

“laut adalah tentang terumbu karang yang indah..tentang kehidupan ikan ikan yang menakjubkan…Tentang ombak yang selalu bergerak. Tentang kehidupan dan kematian ”, jawab sang pemuda dengan tersenyum puas.

Kali ini sang Guru menampakkan wajah murka. Anakku kau sudah ku suruh belajar tentang mencintai laut dengan mengerti laut. Namun 5 tahun tidak cukup bagimu untuk merenung. Renungkan kembali dan jangan kembali jika belum menemukan jawaban.

Sang murid pergi dengan rasa gundah. Apa yang dilakukannya lima tahun ini tidak cukup membuat gurunya puas. Dia duduk di tepi pantai. Memulai perenungan baru tentang laut. Kembali dia menyelam ke dasar dasar samudera untuk mengerti laut. Ternyata laut lebih rumit dari bayangannya. Semakin lama akhirnya dia semakin terbiasa dengan merenung sambil menyelam.

Sudah 10 tahun lebih dia masih belum bisa menemukan definisi Laut. Seperti yang di inginkan gurunya. Karena sekarang dia tidak lagi mau terburu buru untuk mengerti laut seperti dulu. Namun dalam hatinya dia semakin mencintai laut. Tanpa harus dia jabarkan laut itu sepert apa, namun dia merasa seolah olah laut adalah sesuatu yang sangat dekat. Dia mengenal laut seperti dia mengenal dirinya sendiri. Setiap jengkal kedalamannya, setipa tetes air nya, setiap wana…ah semua itu adalah keindahan yang tak sanngup dia katakan.

Suatu saat dia didatangi gurunya. Berbeda dengan waktu sebelumnya, kini sang Guru yang mencarinya. Sang Guru berkata “Anakku,, sekarang apakah kau mengerti tentang laut ? jawablah…Apa itu laut…” . sang murid hanya terdiam dan berpikir sangat lama. Dia tidak bisa mengatakan kepada gurunya seperti apa Laut itu. Dia tidak meceritakan kepada gurunya betapa dia mencintai laut. Apa lagi yang harus tergambar jika dirinya adalah laut itu sendiri. Namun akhirnya dia berusaha menjawab :

“Guru…Laut itu….” , kembali dia terdiam. Namu dalam wajahnya terukir banyak senyuman. Matanya begitu optimis untuk bercerita tentang laut. Namun bibirnya tak sanggup untuk berkata,sperti apa laut yang dia kenal.

Sang Guru tersenyum. Anakku sekarang kamu sudah mengerti tentang Laut.

*****

Dari cerita dia atas ada banyak pelajaran yang dapat kita petik. Salah satuny adalah bagaimana mengenal diri sendiri dan sesuatu yang kita cinta. Sebenanya itu dapat terjawab jika Si penyelam dapat merenung dengan tenang. Tanpa emosi dan egosi dalam menyikapi sebuah pertanyaan. Tapi dalam cerita ini juga mengajakan kepada kita bahwa, kedewasaan itu tidak hanya dapat diraih dengan merenung dan berpikir matang. Tapi juga harus berguru pada waktu. Karena waktu adalah guru yang sangat bijak dalam menunjukkan episode kehidupan kita.

Namun dalam hal ini saya tidak akan memberikan terlalu banyak ulasan perenungan. Anda sendiri yang harus menafsirkan sendiri pesan yang ada dalam tulisan ini. Bagaimana menurut anda ??

10 komentar:

  1. iya Zal, sumpah langsung pertama keinget ceritanya Son Go ku, wkwkwk pas dulu lupa aku disuruh belajar apaan gt sama sang Budha. Emang kok, kadang butuh "waktu" untuk mengerti bukan hanya sekedar tahu :D

    BalasHapus
  2. iya tah...Sun Go kong paling..hehehehe...tapi cerita ini pernah diceritakan oleh seorang Guru Spritualku kepadaku..waktu aku masih jadi santri junior di jombang...jadi tulisan ini original,,heheh..gak jiplak...
    mengerti bukan skedar tahu ????...nice...

    BalasHapus
  3. Jadi menurutku gula itu manis tanpa harus merenung hehe :D

    BalasHapus
  4. good conclusion....tapi bagaimanapun juga kita harus merasakan dan menikmati Gula sebelum tahu kalau gula itu manis

    BalasHapus
  5. sun go kong bukane idem sama son Go ku y??? cuma Go ku khan versi kartunnya wkwkwk taulah mungkin maksudnya Sun Go kong

    BalasHapus
  6. iya..iya...mungkin inspirasinya sama...tapi aku ini pecnita son go kong,,tapi kok belum tau kalo cerita ini pernah ada di Filmnya..hwhehehehe

    BalasHapus
  7. nice... emang hanya waktu yang bisa ngejawab semuanya..
    like story of my life..

    BalasHapus
  8. seperti cerita hidupmu ??? share pada dunia my bro...biar dunia bisa belajar dari pengalaman...seperti kata pepatah "Orang pintar belajar dari kesalahan sendiri,,orang bijak belajar dari kesalahan orang lain"

    BalasHapus
  9. menarik.. mampir sebentar, dan cerita ini membuatku berpikir lagi soal 'permenungan'.

    BalasHapus

Tanya Mbah Google

Shout Me !!!


ShoutMix chat widget